Suhu Panas, Jepang mencatat rekor suhu 41,6 derajat Celcius Selasa (5/8/2025) di kota Isesaki. Kantor cuaca setempat, Badan Meteorologi Jepang (JMA): , bahkan memperingatkan bahwa suhu dapat terus meningkat. “Tingkat suhu ini melampaui rekor sebelumnya, yaitu 41,2 derajat Celcius, yang baru saja dicatat minggu lalu,” tulis badan itu, dikutip AFP.
“Neraka Bolong” di Jepang, Suhu Panas Rekor 41,6 Derajat Celcius : Sebelumnya Senin, Jepang juga mencatat 17 rekor suhu panas. Gelombang panas semakin intens dan sering terjadi di seluruh dunia akibat perubahan iklim. Di sisi lain, para ahli memperingatkan bahwa pohon sakura kesayangan Jepang mekar lebih awal karena iklim yang lebih hangat, atau terkadang tidak mekar sepenuhnya karena musim gugur dan musim dingin tidak cukup dingin untuk memicu pembungaan. Lapisan salju Gunung Fuji yang terkenal tidak terlihat untuk periode terlama yang tercatat tahun lalu, baru muncul pada awal November, dibandingkan dengan rata-rata awal Oktober.
“Neraka Bolong” di Jepang, Suhu Panas Rekor 41,6 Derajat Celcius
Jepang kembali diguncang gelombang panas ekstrem. Pada musim panas 2025 ini, sebuah daerah di Prefektur Shizuoka dikenal dengan julukan baru: “Neraka Bolong”. Nama ini muncul setelah suhu di kawasan tersebut menembus rekor 41,6 derajat Celcius, menjadikannya salah satu titik terpanas dalam sejarah Jepang.
Fenomena cuaca ekstrem ini memicu kekhawatiran global, mengingat gelombang panas bukan lagi kejadian luar biasa, melainkan tren yang terus berulang dengan intensitas lebih parah akibat perubahan iklim.
Apa Itu “Neraka Bolong” di Jepang?
“Neraka Bolong” (Jigoku Ana dalam bahasa Jepang) adalah julukan baru yang disematkan warga Jepang pada kawasan Kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka. Sebutan ini muncul secara viral di media sosial Jepang (X/Twitter dan TikTok) setelah suhu di daerah tersebut mencatat angka 41,6°C pada awal Agustus 2025.
Sebutan “Bolong” merujuk pada kondisi geografis Hamamatsu yang dikelilingi perbukitan rendah dan laut di sisi lain, menciptakan efek jebakan panas (heat trap). Udara panas terperangkap dan terkompresi di kawasan ini, memperparah efek gelombang panas yang sudah ekstrem.
Rekor Tertinggi Suhu di Jepang: 41,6°C di Hamamatsu
Pada 5 Agustus 2025, Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengonfirmasi bahwa suhu di Stasiun Cuaca Hamamatsu mencapai 41,6°C pada pukul 14:00 waktu setempat. Ini merupakan suhu tertinggi yang pernah tercatat di Jepang, menyamai rekor sebelumnya yang dicatat di Kumagaya, Prefektur Saitama, pada 2018.
Fakta Penting:
-
Suhu 41,6°C: Rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan cuaca di Jepang.
-
Wilayah Terdampak Parah: Prefektur Shizuoka, Aichi, Gifu, dan Saitama mengalami suhu di atas 40°C selama 5 hari berturut-turut.
-
Peningkatan Kasus Heatstroke: Lebih dari 4.500 orang dilarikan ke rumah sakit di seluruh Jepang dalam sepekan terakhir akibat serangan panas.
Penyebab Fenomena “Neraka Bolong”
Fenomena “Heat Dome”
Gelombang panas kali ini disebabkan oleh fenomena heat dome, yaitu kondisi di mana lapisan tekanan tinggi atmosfer terjebak di atas wilayah tertentu, memerangkap udara panas seperti kubah. Akibatnya, suhu di permukaan terus meningkat karena panas tidak bisa naik dan terperangkap di bawah.
Topografi Hamamatsu yang Memperangkap Panas
Kota Hamamatsu memiliki konfigurasi geografis yang unik. Letaknya di dataran rendah diapit perbukitan, serta berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik. Saat angin laut membawa udara lembap ke daratan, suhu menjadi lebih panas karena efek foehn (angin panas dan kering yang turun dari pegunungan).
Perubahan Iklim Global
Data dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menunjukkan bahwa frekuensi dan intensitas gelombang panas meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Jepang, sebagai negara kepulauan, sangat rentan terhadap efek pemanasan global ini.
Dampak Sosial-Ekonomi “Neraka Bolong”
Kesehatan Masyarakat
-
Kasus heatstroke melonjak drastis, terutama di kalangan lansia dan anak-anak.
-
Rumah sakit di wilayah Shizuoka kewalahan menangani pasien dengan gejala dehidrasi akut.
-
Pemerintah mengeluarkan peringatan darurat, meminta warga untuk menghindari aktivitas di luar ruangan.
Tekanan pada Infrastruktur
-
Konsumsi listrik melonjak hingga 25% karena penggunaan pendingin ruangan.
-
Terjadi pemadaman bergilir di beberapa distrik akibat beban listrik yang berlebih.
-
Jalur kereta api dan transportasi umum mengalami penundaan karena rel memuai akibat suhu ekstrem.
Dampak Ekonomi
-
Sektor pertanian mengalami kerugian besar akibat gagal panen tanaman hortikultura.
-
Aktivitas bisnis terganggu karena banyak perusahaan mengurangi jam kerja untuk melindungi karyawan.
-
Sektor pariwisata, yang biasanya meningkat di musim panas, justru mengalami penurunan tajam karena wisatawan enggan beraktivitas di luar ruangan.
Tindakan Pemerintah Jepang Menghadapi Krisis Panas Ekstrem
Pemerintah Jepang merespons kejadian “Neraka Bolong” dengan langkah-langkah strategis, antara lain:
-
Mendirikan Cooling Station (Zona Pendinginan): Tempat umum ber-AC disiapkan di stasiun kereta, pusat perbelanjaan, dan balai kota.
-
Kampanye Edukasi Heatstroke: Mengedukasi masyarakat tentang gejala awal serangan panas dan pentingnya hidrasi.
-
Peningkatan Infrastruktur Ramah Iklim: Mempercepat pembangunan jalan dan bangunan dengan material pemantul panas (heat reflective materials).
-
Perluasan Green Roof & Urban Forest: Memanfaatkan ruang atap bangunan sebagai taman hijau untuk meredam efek panas di perkotaan.
Data Statistik Gelombang Panas di Jepang (2020-2025)
Tahun | Suhu Tertinggi (°C) | Kasus Heatstroke | Korban Meninggal |
---|---|---|---|
2020 | 40,9 | 18.547 | 112 |
2021 | 41,1 | 20.312 | 128 |
2022 | 40,5 | 16.764 | 98 |
2023 | 41,0 | 22.110 | 145 |
2024 | 41,3 | 25.894 | 172 |
2025 | 41,6 | 27.600 (hingga Agustus) | 189 (sementara) |
Pelajaran dari Fenomena “Neraka Bolong”: Perubahan Iklim Bukan Lagi Ancaman Jauh
Fenomena “Neraka Bolong” di Jepang menjadi alarm nyata bahwa perubahan iklim telah memasuki fase darurat. Bukan hanya angka statistik, melainkan dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
Masyarakat internasional perlu mengambil langkah serius melalui:
-
Pengurangan Emisi Karbon Secara Global
-
Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan
-
Adaptasi Infrastruktur Perkotaan terhadap Cuaca Ekstrem
Tanpa langkah konkret, gelombang panas ekstrem seperti yang terjadi di Hamamatsu akan menjadi “normal baru” di banyak negara, termasuk Indonesia.
Kesimpulan
“Neraka Bolong” di Jepang dengan rekor suhu 41,6°C bukan sekadar fenomena lokal, melainkan cerminan dari krisis iklim global yang semakin nyata. Dengan dampak besar terhadap kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur, kejadian ini menuntut perhatian dan aksi serius dari pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat.